Tourism Ambassador of Aceh Besar 2015
Sabtu, 23 Mei 2015
Early morning heading to Lubok Sukon, a tourism village located in Ingin Jaya, Aceh Besar. Hari ini gladi final untuk penampilan nanti malam. Nervous, deg-degan, penasaran, semuanya campur aduk. Gak terasa udah mau malam puncak aja, pdhl baru beberapa hari yang lalu ngurus berkas, seleksi wawancara dan segala macam and tonight is the night!
I should do my best to entertain and be a charming lady for tonight, batinku. Seharian gladi membuatku cukup kelelahan, semuanya harus siap dan perfect. Believe it or not, even I do every little things in last minutes, I'am a perfectionist! Selalu aja melakukan segala hal saat udah kepepet, tapi seringnya yang kepepet itu yang worth it!
Malam penobatan semua finalis wajib mengenakan baju tradisional Aceh. Aku agak sedikit khawatir membayangkan hiasan kepala khas Aceh yang tinggi semampai dan berat lagoina. Belum lagi aku harus memakai high heels agar aku bisa terlihat sedikit lebih tinggi. Rias-riasan dimulai sejak pukul 6 sore hingga jam 9 malam. Lama? iya! Untuk wajah aja pake make up berlapis-lapis. Alas bedak ditepokin perlahan ke wajah dengan sponge yang berganti-ganti (basah-kering-lembap), bedak, riasan mata, waduuuuh benar-benar make over. Hasilnyaaaaa.. yup! I'am definetely different! It's my 1st time wearing Aceh traditional clothes and it feels like "WOW, I'am truly Acehnesse and I'am totally excited about it!"
Penampilan perdana di atas pentas membuatku sangat gugup. aku sempat gemetar dan lemas ketika pause diatas pentas saat finalis menyajikan tarian ala kadar untuk menghibur penonton. I'am in a highest nervous level! Saat senyum pun bibir bergetar hebat, ratusan mata tertuju ke pentas dan itu membuatku sangat gugup.
Penampilan kedua adalah maju dengan pasangan. Aku sudah mulai bisa menyesuaikan diri, karena aku terus bergerak, jadi tidak ada waktu untuk bergetar. aku mulai bisa menguasai pentas. pengumuman 5 besar, aku jadi semakin deg-degan. aku tidak sempat belajar banyak dan tidak punya bayangan pertanyaan apa yang akan ditanyakan juri padaku. kepalaku terasa semakin berat, sesekali aku mengangkat mahkota dan bunga-bunga diatasnya (ini butuh tekhnik khusus-aku bisa otodidak).
Maju ke pentas untuk menghadapi pertanyaan juri. waktu yang disediakan adalah 60 detik. aku dan finalis lainnya memilih nama juri secara acak, dan pilihanku jatuh kepada Pak Rafi (Kabid Pariwisata Disbudparpora Aceh Besar). Pertanyaannya: "Apakah syariat islam menjadi kendala bagi pengembangan pariwisata Aceh-Aceh Besar?" Aku hanya memegang kata kunci "syariat islam dan kendala" entah apa yang terjadi, aku bisa menjawabnya dengan tenang dalam waktu yang sangat singkat yaitu 20 detik. aku tidak tau apa isi jawabanku, karena aku benar-benar tidak berpikir panjang dan itu muncul serta mengalir begitu saja, tapi setelah menjawab, aku merasa lega. (Aku tau isi jawabanku 3 hari setelah penobatan dari hasil rekaman temanku). Kepalaku mendadak terasa ringan, seperti tidak ada mahkota dan bunga-bunga, plong!
Tiba saatnya pengumuman. Naik kepentas lagi dan demam panggungnya hilang, sakit kepalaku lenyap, dan aku bisa tersenyum tanpa bergetar. saat host memanggil satu persatu nama pemenang, aku sedikit tegang. juara 3 dan juara favorit telah dipanggil. tersisa aku, 1 inong, dan 2 agam menanti pengumuman puncak and host called my name as a Winner! Unpredictable!
Aku kaget bercampur senang dan haru. aku benar-benar tidak menyangka menjadi juara 1 duta wisata Aceh Besar. Kabupaten kelahiranku, kabupaten tempatku tumbuh dan berkembang, tempat ayah-ibu, kakek dan nenekku bahkan kakek buyut, semuanya. Ini persembahan dari putroe asoelhok untuk tanah kelahirannya. ini aku, untuk Aceh Besar!
Tourism Ambassador of Aceh Besar |
Komentar
Posting Komentar