Road to Tourism Ambassador



Alhamdulillah, setelah melengkapi semua berkas dan mengikuti seleksi wawancara tahap pertama, saya terpilih sebagai salah satu finalis Duta Wisata Aceh Besar. Senang sekali bisa berkenalan dengan 16 finalis lain (8 laki-laki dan 8 perempuan) yang menarik dan bertalenta. Saat mengenal mereka, saya berdecak kagum "Aceh Besar memiliki generasi luar biasa!"

Proses wawancara tahap dua cukup menantang, saya mendapatkan wawasan baru yang cukup berharga dari Ampon Man, salah satu interviewer, seorang budayawan yang menurut saya sangat luar biasa. Banyak pertanyaan beliau yang tidak bisa saya jawab, tapi dengan sabar beliau menjelaskan jawabannya. Jadi yang berlangsung bukan hanya proses wawancara tapi juga diskusi yang sangat menarik tentang budaya dan etika seorang duta.

Dari beliau, saya mengerti tentang bagaimana etika duduk dan berbicara seorang duta. Masih jauh dari kepribadian saya sehari-hari yang "kreh-kroh", "asal saya suka", dan "yang penting aku nyaman". Saya sering mengabaikan pandangan orang lain. Sisi "keperempuanan" saya jadi sedikit terbuka karena mendengar beliau. Menarik. Tapi saya butuh waktu untuk bisa "anggun" dalam bersikap. 

Selain itu, hal baru lain yang saya dapatkan adalah bahwa sahab adalah sebutan untuk kain penutup sange, saya tau siwah adalah salah satu senjata Aceh, Rangkain bunga untuk pengantin Adat Aceh Besar menggunakan batang pisang lunak untuk menancapkan hiasan kepala seperti kemang goyang dan berfungsi untuk menjaga kepala tetap sejuk selama menggunakan hiasan kepala, melati yang dirangkai di samping kiri dan kanan pada hiasan kepala pengantin memiliki makna (ini menjadi PR saya), dll.

PROSES bagi saya merupakan hal yang paling berharga. Kita berproses tentu untuk mencapai hasil. tapi jika hasil tidak tercapai, saya masih punya hal berharga lain yaitu proses! saya senang mendapatkan teman baru yang berkualitas dan berharap kena cipratan talenta mereka dan saya senang mendapatkan banyak hal baru.


Komentar

Postingan Populer